Kasus kontroversial yang melibatkan pengacara Nanang Slamet di Polsek Kota Banyuwangi telah menciptakan sorotan publik yang luas. Peristiwa ini dimulai dari tindakan dramatis Nanang yang membuang-buang uang senilai 40 juta rupiah sebagai bentuk protes terhadap kinerja polisi yang dinilainya tidak profesional dalam menangani kasus kliennya.
Nanang Slamet, dalam penjelasannya, menyatakan bahwa keputusannya untuk menghamburkan uang tersebut dilatarbelakangi oleh kekecewaannya terhadap dugaan campur tangan oknum polisi yang menghalangi proses hukum yang seharusnya berjalan adil bagi kliennya. Dia merasa marwahnya sebagai pengacara telah dijatuhkan oleh perlakuan tersebut, yang menurutnya mengganggu proses hukum yang seharusnya netral dan objektif.
“Saya adalah pengacara salah satu klien di Banyuwangi, sebagai advokat saya merasa dijatuhkan marwahnya oleh aparat penegak hukum dalam hal ini Polsek Kota Banyuwangi,” ungkap Nanang.
Menurut Nanang, ada indikasi bahwa kliennya tidak diperlakukan secara adil karena intervensi yang dilakukan oleh pihak kepolisian, yang mengakibatkan penundaan proses pemeriksaan terhadap kliennya meskipun semua saksi telah diperiksa.
Kapolsek Kota Banyuwangi, AKP Kusmin, menjelaskan bahwa situasi ini terjadi karena adanya kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat. Dia bersedia untuk membuka jalur komunikasi dan mediasi antara Nanang dan pihak kepolisian sebagai upaya mencari solusi yang adil dan menghindari saling menyalahkan.
“Kita harus pertemukan kedua belah pihak. Mungkin saksi-saksi yang telah diperiksa. Apa saja yang disampaikan. Saya rasa ada miskomunikasi di situ,” jelas AKP Kusmin.
Mediasi yang diusulkan oleh Kapolsek ini diharapkan dapat meredakan ketegangan dan menemukan titik temu untuk menyelesaikan konflik ini dengan baik. Ini juga dianggap sebagai langkah untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap integritas proses hukum yang berkeadilan.
