adat Berita keagamaan kesenian seni tradisi tradisional Unik

Tradisi di Bali yang Hanya Ada Pada Hari Raya Galungan dan Kuningan || Binet Culture

Tradisi di Bali yang Hanya Ada Pada Hari Raya Galungan dan Kuningan Memeriahkan Hari Raya Galungan dan Kuningan yang menjadi penanda menangnya kebaikan atau keburukan, masyarakat Hindu di Bali memiliki beragam tradisi unik yang menarik untuk disaksikan.

  1. Memasang Penjor

Penjor merupakan ciri khas otentik yang menjadi penanda bahwa Hari Raya Galungan dan Kuningan telah tiba. Di Bali, ketika Hari Raya Galungan dan Kuningan dirayakan, kamu akan dengan mudah menemukan penjor di setiap sisi jalan dan di depan rumah penduduk setempat.

Penjor memiliki sampian atau gantungan yang diisi dengan hasil alam dan kain sebagai wujud syukur dan bakti pada berkat Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi).

  1. Perang Jempana

Dikenal juga sebagai Dewa Masraman, Perang Jempana telah ada sejak tahun 1500. Perang Jempana biasanya dilakukan setiap 210 hari, tepat pada hari Saniscara Kliwon Kuningan.

Puncak dari tradisi ini adalah Ngambeng Jempana, yaitu atraksi saling dorong antar warga yang membawa jempana sambil diiringi suara tabuhan gong baleganjur.

  1. Ngurek

Mirip dengan atraksi debus, tradisi Ngurek juga menggunakan senjata tajam untuk melukai diri ketika partisipan berada dalam kondisi kerasukan.

Berasal dari kata ‘Urek’, Ngurek dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai melubangi atau menusuk. Biasanya orang-orang yang melakukan tradisi Ngurek akan menusuk dirinya dengan keris, tombak, atau senjata tajam lainnya.

Tapi uniknya, ia tidak akan merasa kesakitan, karena telah diberi kekuatan oleh roh-roh para leluhur.

  1. Ngelawang Barong

Berasal dari kata ‘Lawang’ yang berarti pintu, Ngelawang dilakukan dengan mengarak barong bangkung dari rumah ke rumah sambil diiringi suara gamelan. Dilansir dari berbagai sumber, kabarnya menurut kepercayaan Hindu, Barong adalah lambang perwujudan Sang Banas Pati Raja yang melindungi manusia dari bahaya.

  1. Gerebeg Mekotek

Gerebeg Mekotek merupakan tradisi tolak bala yang dilakukan masyarakat Hindu yang berdomisili di Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Kab. Tabanan, Bali.

Selain untuk menolak bala, Mekotek juga dipercaya sebagai permohonan untuk mendapat berkah dan meminta kesuburan untuk lahan pertanian penduduk setempat.

  1. Gebogan Buah

Gebogan Buah adalah salah satu tradisi yang khas dilakukan pada Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali. Tradisi ini melibatkan penyusunan tumpukan buah-buahan yang disusun secara artistik dan dihias dengan indah. Gebogan Buah melambangkan kesuburan, keberlimpahan, dan berkat yang diberikan oleh Tuhan kepada umat Hindu di Bali. Tumpukan buah-buahan ini biasanya diarak ke pura atau tempat ibadah untuk dipersembahkan kepada para dewa sebagai ungkapan syukur atas keberlimpahan yang diberikan.

Tradisi ini juga menjadi wujud dari kekayaan alam Bali dan kepercayaan akan kekuatan spiritual yang mengatur kehidupan sehari-hari serta hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.

Dengan demikian, Gebogan Buah adalah simbol dari kehidupan yang sejahtera, keseimbangan alam, dan kesatuan dengan yang Maha Kuasa yang menjadi bagian penting dari perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *